Tuesday, November 18, 2014

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA BERAT (CKB)



A.  PENGKAJIAN
Survei primer dan sekunder:
ATLS menyediakan kerangka kerja untuk survei trauma primer dan sekunder dan pengkajian dari cedera kepala. Survei primer dan sekunder dilakukan sesuai dengan ATLS standars. Tindakan pencegahan berikut perlu dipertimbangkan pada penderita cedera kepala ketika melakukan survei primer.
1.    Pengelolaan jalan nafas pasien (Airway Maintenance)
a.    Semua pasien cedera kepala yang tidak sadar diintubasi untuk mencegah aspirasi. catatan, intubasi trakea mungkin kontraindikasi dalam kasus trauma midface dan kadang-kadang dengan patah tulang tengkorak basal
b.    Teknik intubasi mencerminkan pertimbangan potensi fraktur serviks atau cedera sumsum tulang belakang dan harus dilakukan hanya oleh petugas terlatih.
c.    Suction hidung dan mulut; darah, lendir, dan drainase untuk memastikan patensi jalan napas, penyedotan tidak dilakukan jika dicurigsi ada patah tulang tengkorak basal.
d.    Suction jalan nafas dibatasi sampai 15 detik atau kurang tiap tindakan.
e.    Aspirasi berhubungan dengan trauma sangat umum. Aspirasi mungkin ada bahkan dengan x-ray dada awal negatif.
2.    Pernafasan (Breathing)
Pada saat jalan nafas dibuka , pernapasan dikaji dan hal-hal yang diperlukan untuk mendukung respirasi dan oksigenasi yang memadai. Terapi oksigen diberikan dan pasang ventilator jika diperlukan.
3.    Sirkulasi (Circulation)
Pantau nadi, kapilari refill, kontinyu elektrokardiografi (EKG), dan nilai tekanan arteri. Hipotensi berbahaya bagi otak dan harus diobati secara agresif atau cepat. Penyebab potensi juga harus segera ditentukan, seperti okultisme pendarahan. Jika terdapat hipertensi, itu biasanya terkait dengan cedera kepala dan dikelola dengan peningkatan protokol ICP. Setelah pasien stabil, survei sekunder harus segera dilakukan.
Pengkajian pasien dengan cedera kepala.
Berikut ini adalah elemen kunci
keberhasilan untuk pengkajian pasien dengan cedera kepala:
1.    Riwayat dan keadaan cedera
2.    Pengkajian awal (airway dengan kontrol tulang dan tulang belakang, pernapasan dan sirkulasi. Pengkajian tanda vital (hipotensi, sering berkaitan dengan cedera sistem lainnya atau komplikasi), pola seperti respon chusing yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan intra kranial
3.    AVPU (tingkat kesadaran, A: Alert, V: Vocal stimuli, P: Painful stimuli, U: Unresponsive
4.    Pemeriksaan minineurological:
a.      GCS
b.      Ukuran pupil dan respon
c.      Fungsi motorik (lateralisasi menunjukkan lesi fokal)
B.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.   Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung).
2.   Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
3.   Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)
4.   Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
5.   Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
6.   Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma) 
C.  TUJUAN
  1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
  2. Komplikasi tidak terjadi
  3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
  4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
  5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi. 
D.  RENCANA KEPERAWATAN
1.    Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan TD sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung).
Tujuan: Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi, dan fungsi motorik/sensorik.
Kriteria hasil: Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Rencana Tindakan :
1)    Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan otak dan potensial peningkatan TIK.
2)    Pantau/catat status neurologis secara teratur, bandingkan dengan nilai standar GCS.
3)    Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi terhadap cahaya.
4)    Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.
5)    Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
6)    Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lingkungan yang tenang.
7)    Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, mengejan.
8)    Tinggikan kepala pasien 15– 45o sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.
9)    Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.
10) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
11) Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid, antikonvulsan, analgetik, sedatif, antipiretik.
2.    Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernapasan otak). Kerusakan persepsi atau kognitif. Obstruksi trakeobronkhial.
Tujuan: Mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria evaluasi: Bebas sianosis, GDA dalam batas normal
Rencana tindakan :
1)    Pantau frekuensi, irama, kedalaman pernapasan. Catat ketidakteraturan pernapasan.
2)    Pantau dan catat kompetensi reflek gag/menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri. Pasang jalan napas sesuai indikasi.
3)    Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miirng sesuai indikasi.
4)    Anjurkan pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif bila pasien sadar.
5)    Lakukan penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat karakter, warna dan kekeruhan dari sekret.
6)    Auskultasi suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara tambahan yang tidak normal misal: ronkhi, wheezing, krekel.
7)    Pantau analisa gas darah, tekanan oksimetri
8)    Lakukan rontgen thoraks ulang.
9)    Berikan oksigenasi.
10) Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi.
3.    Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif. Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi tertekan (penggunaan steroid). Perubahan integritas sistem tertutup (kebocoran CSS)
Tujuan: Mempertahankan normotermia, bebas tanda-tanda infeksi.
Kriteria evaluasi: Mencapai penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan :
1)    Berikan perawatan aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik.
2)    Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasi, catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi.
3)    Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil, diaforesis dan perubahan fungsi mental (penurunan kesadaran).
4)    Anjurkan untuk melakukan napas dalam, latihan pengeluaran sekret paru secara terus menerus. Observasi karakteristik sputum.
5)    Berikan antibiotik sesuai indikasi
4.    Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi : Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
1)    Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
2)    Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
3)    Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
4)    Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
5.    Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan edema otak
Tujuan : Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil : Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1)    Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS. Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran reaksi pupil.
2)    Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
3)    Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
4)    Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
5)    Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang. 
6)    Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
7)    Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
6.    Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma) 
Tujuan :Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil : Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
1)    Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
2)    Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
3)    Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
4)    Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
5)    Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
E.  EVALUASI
  1. Tanda vital stabil dan tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK.
  2. Kebutuhan oksigenasi terpenuhi, GDA dalam batas normal.
  3. Penyembuhan luka tercapai tepat waktu, resiko infeksi tidak terjadi.
  4. Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
  5. Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan tekanan intrakranial.
  6. Kebersihan pasien terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dan kebutuhan oksigen adekuat.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA BERAT (CKB) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Artikasari Pangestuti

0 comments:

Post a Comment